Text
Jangan mau jadi biasa
Wanita, siapa yang tak kenal makhluk Tuhan yang satu ini . Yang cantik parasnya, lembut perangainya, nan indah fisiknya. Namun tidak semua bisa memahami apa dan bagaimana diri seorang wanita.
Wanita itu sering menyembunyikan apa yang membuatnya resah, namun gampang sekali mengungkapkan apa yang membuatnya gelisah. Wanita itu mudah memaafkan tapi juga sulit untuk melupakan apa yang pernah membuatnya kecewa, bukan dendam sih. Wanita itu sensitif, baperan, mudah sekali tersentuh dengan yang romantis-romantis, mudah sekali nangis, dan pandai menyimpan rasa sakit.
Terkadang wanita juga sering terintimidasi dengan kodratnya yang dianggap makhluk lemah, mungkin karena budaya pemikiran masyarakat lama yang masih dianutnya. Sebut saja usia 20-an yang harus segera nikah, gak usah sekolah tinggi-tinggi, dan gak usah punya mimpi.
Jelas itu yang pernah saya alami dan kadang juga masih berlangsung hingga saat ini. Tak menutup kemungkinan jika gadis yang telah berusia 20-an, utamanya bagi kami yang tinggal di desa seperti saya harus benar-benar teguh pendirian dan pantang menyerah dalam memperjuangkan hidup yang tak mudah. Tutup telinga dan mata agar tidak terkontaminasi dengan perkataan mereka yang nantinya akan membuat kita menyerah dan akhirnya pasrah. Hingga rasa bosan, lelah, dan pasrah tak akan menjadi pilihan terakhir nantinya.
Berapa banyak yang masih berasumsi, jika wanita itu cukup jadi ibu rumah tangga saja (terutama masyarakat desa) memang tidak semua. Mengurus rumah, suami, anak-anak, dan segala tetek bengeknya. Memang, itu sudah tugasnya. Tapi tahukah kita, jika wanita juga makhluk Tuhan, yang artinya juga punya kesempatan yang sama untuk mengukir masa depan dengan sebaik-baiknya.
Dalam buku ini akan disajikan secara konstekstual dengan bahasa yang sederhana dan ringan tentang menjadi wanita itu tak mudah, yang berjuang menjadi sebaik-baiknya pribadi untuk impian, karier, hingga mempersiapkan diri untuk bisa bersanding dengan sebaik-baiknya imam di masa depan.
Tidak tersedia versi lain